Penyuluhan Bahasa Indonesia Media Daring Berlangsung Asyik dan Beri Inspirasi Baru

Edukasi nonformal Jurnalistik Warta Kota

KUPANG, TOP NEWS NTT ■■ Kegiatan Penyuluhan Penggunaan Bahasa Indonesia di Media Massa bagi Media Daring di Kupang, NTT yang diselenggarakan oleh Kantor Bahasa Provinsi NTT dengan nara sumber dari Badan Penyuluhan dan Perbukuan Jakarta, makin menarik sampai pada hari ketiga pelaksanaannya (Rabu, 14/8/2019).

Penyuluhan penggunaan ejaan bahasa  Indonesia yang benar ini ditujukan bagi para  Pimpinan OPD, para Kepala Sekolah, para siswa SMA dan SMK serta para wartawan  di NTT yang dibagi dalam empat kelas yang tersebar di dua hotel, Hotel Neo by Aston dan Hotel Amaris.

Dihari ketiga ini,  pembawa acara  Salimulloh  mereview kembali materi sehari sebelumnya  (Selasa, 13/8/2019) yang disampaikan oleh Sry Satriya Tjatur  Wisnu Sasangka dari Badan Bahasa dan Perbukuan Jakarta tentang “Problematika Bahasa Jurnalistik.”

Dr.Arie Andrasyah Isa (kiri) dan Salimulloh 

Sebelum Dr.Arie Andrasyah Isa sampaikan meterinya, Salimulloh menguji sejauh mana penyerapan materi Sry Wisnu kemarin lewat pertanyaan baik tentang penggunaan kata, maupun  ejaan bahasa Indonesia yang tepat pada penulisan berita yang diselingi dengan permainan sederhana menyusun kalimat-kalimat yang melibatkan semua peserta yang kata awal ditentukan oleh Salimulloh yang akrab disapa Salim itu.

Banyak pertanyaan, usul saran dan kritik diajukan oleh peserta terkait penempatan kata dalam  penulisan redaksi berita. Suasana berlangsung dengan serius, tapi santai, diselingi semangat peserta saat memberikan tanggapan balik baik berupa jawaban, pertanyaan, kritik, saran dan pendapat. Suasana terasa asyik saat Salimulloh menyelinginya dengan candaan yang lucu.

Kondisi ini juga terjadi saat Dr. Arie Andrasyah Isa menyampaikan  materi dengan judul : “Bentuk dan Pilihan Kata dalam Media Massa.”

Pada kesempatan ini Dr. Arie mengangkat cuplikan berita dari media daring  yang terdapat ketidaktepatan penggunaan kata dengan ejaan,  maupun penempatan kata dan tanda baca sesuai kaidah yang benar. Dari pembedahan dan penelusuruan tersebut didapati beberapa kekeliruan penggunaan ejaan kosa kata dalam berita yang memberi pengetahuan baru bagi peserta tentang betapa minimnya penguasaan bahasa Indonesia  sesuai kaidah yang benar di kalangan wartawan..

Penyuluhan yang berlangsung sejak pukul 08.00 wita pagi tak terasa berlalu tanpa menimbulkan kelelahan dan kebosanan hingga waktu menunjukkan pukul 16.00 wita sore.

Banyak sudah informasi berguna diperoleh peserta yang memberikan kekayaan baru pada khasanah penggunaan bahasa Indonesia sesuai kaidah yang benar bagi wartawan  untuk menyajikan berita yang faktual, terpercaya dan terdepan tanpa meninggalkan kadiah penulisan bahasa Indonesia yang benar. Karena jurnalis adalah corong yang mampu memengaruhi masyarakat untuk menggunakan bahasa Indonesia yang benar.

Kamis, 15 Agustus 2019 merupakan hari terakhir penyuluhan sekaligus penutupan kegiatan yang berlangsung selama 4 hari (12–15 Agustus 2019) ini.

Salimulloh dalam wawancara usai kegiatan hari ketiga ini kepada media ini  menyatakan sangat bersyukur dan berterima kasih kepada para wartawan yang mampu memberikan respons yang interaktif selama penyuluhan sejak hari pertama. Ia mengapresiasi jurnalis NTT yang walaupun pada umunya tidak ada yang berpendidikan khusus jurusan bahasa, namun mampu menginbangi penyampaian materi ini. Dan ia sebenarnya merasa terkejut dengan kemapuan intelektual jurnalis NTT terhadap penyampaian materi dan tanggapan yang diberikan yang menunjukkan bahwa wartawan  NTT mengikuti perkembangan ilmu bahasa bidang jurnalistik. Salimulloh juga berterima kasih kepada peserta yang kelihatan santai namun mampu mengimbangi pertanyaan pemateri terkait materi serta kerendahan hati peserta yang mau menerima koreksi dan informari baru terkait penggunaan kata dengan  ejaan yang benar dalam penulisan berita.

Namun ada saran darinya kepada peserta yakni harus bisa menerima informasi terkait penulisan kata dengan ejaan yang benar, walaupun kesalahan atau kekeliruan dalam penulisan sudah lazim dilakukan selama ini.

Saran kedua adalah masalah disiplin waktu kehadiran pada setiap jadwal penyuluhan. Salimulloh akui cukup memaklumi dengan tugas dan tanggung jawab setiap wartawan dengan jadwal peliputan, namun ia sarankan agar ada komitmen terhadap kesediaan awal menjadi peserta penyuluhan, yang berarti harus bersedia mematuhi semua ketentuan yang diberikan oleh panitia penyelenggara kegiatan, terutama menyesuaikan jadwal kegiatan peliputan agar tidak saling mengganggu.   Namun selebihnya, Salimulloh mengapresiasi dan salut terhadap respons peserta yang sangat memuaskan dirinya sebagai panitia dan pemateri. ■■ juli br