Elvis Toni, Perintis Pertanian Hortikultura Di Kefa : “Informasi, PPL dan Anggaran Adalah Kebutuhan Utama Petani”

Ceritera Inspiratif Pertanahan

Kefa, Top News NTT■■ Pertanian Hortikultura belum banyak dikenal oleh semua petani di NTT. Kebanyakan petani di NTT masih menekuni pertanian palawija yang menghasilkan bahan makanan yang merupakan bahan pangan pokok bagi seluruh masyarakat NTT, yaitu padi dan jagung.

Dari penelusuran media ini sejak dari Belu, Kefa, Kupang Tengah, dan Kupang Barat yang merupakan wilayah pendampingan Panah Merah dan Roda Tani, keluhahan terkait kurangnya informasi budi daya pertanian, dan pendampingan PPL selalu menjadi alasan utama belum sejahteranya petani di NTT.

Demikian juga pendapat Elviz Toni (35 tahun), salah satu petani hortikultura binaan Panah Merah dan Roda Tani, yang bisa hasilkan Rp.27.000.000 dari dua kali panen tomat dan cabe di awal tahun 2016 dan 2017.

“Akibat kurangnya pengetahuan terkait budidaya hortikultura, kondisi iklim dan geografis provinsi NTT yang musim kemaraunya panjang dan panas, berbatu dan kontur tanah berbukit menyebabkan hampir semua petani lebih menyukai budidaya palawija yang bisa ditanam lepas di musim hujan. Musim tanam dan panen setahun sekali dengan jenis palawija yang tidak memerlukan perawatan ekstra membuat petani NTT lebih memilih bertani palawija. Pola pikir konvensional bahwa pertanian hanya untuk makan saja, itulah yang menyebabkan petani NTT masih belum sejahtera. Belum lagi kondisi minus lain seperti kesulitan sumber air, tanah berbatu, kemarau panjang dan anggaran. Pupuk bersubsidi yang lambat dan kurang dari kebutuhan petani. Pemasaran juga ikut menentukan.” Kupas Toni diawal wawancara kami.

Elvis Toni di lahan tomat miliknya yang ditargetkannya bisa memberinya hasil sampai Rp.28.000.000 rupiah yang ditanam pada November 2018. Bersama pendamping Panah Merah David

Sudah 5 tahun terakhir sebagian petani dengan memanfaatkan informasi lewat media sosial dan pendamping Pertanian dari produk pertanian perusahaan tertentu,  mengalihkan perhatian mereka ke budidaya pertanian hortikultura. Sudah banyak petani yang berhasil menanam berbagai jenis varietas hortikultura dengan teknologi budidaya dan pendampingan pertanian dari berbagai produk pertanian.

Salah satunya adalah Panah Merah, produsen  benih, serta Nufarm produsen pestisida.  Dengan manajemen pendampingan yang dibangun di Toko Roda Tani, sudah mampu menghasilkan petani-petani hortikultura yang sukses di beberapa wilayah di NTT.

Salah satunya adalah Elvis Tony (35 tahun), petani hortikultura dari Kefa,,TTU yang sejak 2017 berani menanam tomat, cabe dan semangka dan berhasil meraup keuntungan ratusan juta rupiah. Lewat pendampingan Panah Merah dan Roda Tani, Toni yang awalnya hanya mengikuti pola pertanian konvensional keluarganya yaitu menanam hanya untuk makan, berubah pola pikirnya tentang pertanian hortikultura. Ia tidak pernah membayangkan sebelumnya jika lewat budidaya pertanian hortikultura yang diperolehnya dari pendampingan David dari Roda Tani, mampu memberinya hasil sampai ratusan juta rupiah.

Tanaman Tomat Elvis Toni, Kefa

Kepada Media ini dikebunnya, Elvis mengisahkan hanya dari modal Rp.2.000.000 ia berhasil meraup Rp.7.000.000 rupiah dari panen Cabe dan Tomat yang ditanamnya di musim hujan. Dan dalam setahun ia bisa panen sampai dua kali jika memakai sistem pengairan sumur atau bak penampungan. Jika hanya mengandalkan hujan, dimusim hujan pun dengan sistem budidaya yang diajarkan Panah Merah akan bisa menghasilkan panen yang berkualitas baik dari segi jumlah panen maupun uang.

Elvis, hanya tamatan SMA, namun memiliki pola pikir yang cukup baik dalam politik dagang. Dengan santai ia ungkapkan bahwa jika ingin hasil panen tidak mubasir dan bisa terjual habis yaitu dengan mengontrol kondisi pasar. Hasil terbanyak dipasaran ditanam untuk periode panen berikut karena jika musim tanam kali ini semua petani menanam jenis yang sama, pasti 3 -4 bulan ke depan jenis itu akan berkurang dipasaran. Karena semua petani sudah selesai  panen. Dan menunggu panen berikut adalah 3 – 4 bulan lagi. Otomatis jika 2 petani saja yang tanam, maka tanaman itu akan berkurang bahkan tidak ada dipasaran. Dan jika dirinya mulai tanam saat petani lain panen, maka disaat sebagian petani sedang menanam, maka dirinya sendiri yang panen, yang artinya jumlah panen sedikit dan harga pasti naik. Demikian rahasia politik dagang yang dianutnya saat ini.

Saat petani lain menanam tomat ia menanam cabe atau tanaman berbeda dari yang kebanyakan ditanam petani. Demikian pada musim selanjutnya. Karena yang dipelajarinya dalam lalu lintas pasar, tanaman yang paling banyak hasilnya akan turun harganya akibat persaingan dagang. Selain itu karena jenis hortikultura, maka akan cepat membusuk jika demikian maka petani akan banting harga sekedar cepat laku dan ia tidak rugi. Kondisi inilah yang memicu pemikirannya untuk merubah sistem ini. Jika tidak, maka akan rugi total, dan tidak balik modal. Akibatnya petani akan makin miskin.

Kembali ke kisah awalnya sebelum bercocok tanam hortikultura, Elvis punya pendapat yang sama tentang profesi petani. Bahwa pekerjaan ini adalah pekerjaan rendahan. Dan tidak bisa bawa perubahan secara ekonomi. Sebelum bertemu Pendamping Panah Merah, ia juga setelah menikah dan punya tanggung jawab memilih profesi petani juga. Namun yang ditanamnya dalam jagung dan padi ladang.

Saat diperkenalkan dengan pendamping David dan memperoleh informasi tentang petani hortikultura dari Desa Nian di Belu yang bisa hasilkan Rp.100 juta dari hasil panen cabe dan tomat saja. Terbebani dengan tanggung jawab kepada kebutuhan keluarganya yang tidak bisa terpenuhi hanya dari hasil padi dan jagung, maka Elvis termotivasi menanam Tomat dan Cabe dengan meminta pendampingan Panah Merah dan Roda Tani.

Saat awal mulai menanam (hanya sebagai uji coba), Toni kisahkan ia menanam tomat 1.250 pohon, cabe sebanyak 1.500 pohon pada 2016 dan bisa peroleh hasil Rp.7.000.000 rupiah dari modal Rp.2.000.000 rupiah. Melihat hasil yang lumayan itu, pada 2017 ia menanam lagi 1.700 pohon cabe dan tomat 1.000 pohon dan bisa peroleh Rp.20.000.000 rupiah. Saat diwawancara (November 2018) Toni sedang menanam 5.000 pohon baik tomat maupun cabe yang akan dipanen pada April 2019. Ia tingkatkan jumlah pohon yang ditanam karena Toni sedang rencanakan membeli mobil.

Ia memberi gambaran jika ia bisa hasilkan 400 ember tomat yang dijual dengan harga Rp.70.000 – Rp.80.000, maka akan hasilkan Rp.28.000.000 dan sudah bisa membeli satu unit mobil. “Jadi jika kita mau beli apa, maka kita yang atur hasilnya dari jumlah tanaman dan jenis yang mau ditanam. Hasilnya sudah bisa dihitung sejak tanam pertama karena dengan pola dan sistem perawatan terjadwal dari Panah Merah dan Roda Tani, maka kita akan pastikan seperti apa hasilnya kelak. Saya November 2018 ini menanam 5.000 pohon tomat dan cabe dan saya sudah bisa hitung dari sekarang berapa hasilnya kelak saat panen. Asalkan kita menaati jadwal perawatan tanaman sesuai petunjuk pendamping.” Jelasnya bersemangat.

Toni akui dari dua kali panen yang sudah hasilkan Rp.27.000.000, ia sudah membeli satu unit motor matic Mio seharga Rp.18.600.000 pada awal tahun 2018. Dan membangun sebuah rumah semi permanen. Sebelum beralih ke pertanian hortikultura, ia tidak pernah membayangkan bisa membangun sebuah rumah bagi keluarganya. Dan semua ini karena ia mengusahakan tanah agar jangan jadi tanah tidur.

Saat ini Toni sudah memiliki dua orang anak yang masih berusia 6 dan 3 tahun) yang membuatnya makin rajin dan giat menanam agar bisa memberi masa depan bagi kedua anaknya kelak.

Toni mengakui kesulitan warga desanya dalam bercocok tanam hortikultura di musim panas adalah air. Karena saat ini mereka hanya memiliki kali atau sungai yang terletak jauh di bawah lereng, sehingga memerlukan anggaran besar membangun instalasi jaringan agar air bisa disedot naik ke lahan pertanian mereka.

Sejak awal putuskan budi daya hortikultura, ia sudah persiapkan semua yaitu mesin penghisap air dan selang yang lumayan panjang agar bisa sirami kebunnya. “Jika pemerintah kabupaten TTU bisa bantu kami dengan membangun sebuah intalasi penyedotan air, dengan bak penampungan, maka kami akan bisa membuka lahan kami. Tapi jika pemerintah punya empaty, saat ini kami butuh mesin air, selang dan tandon penampung air.” Harapnya.

Tapi yang terpenting dalam pandangan Toni, adalah informasi terkait sisten budi daya pertanian hortikultura dan PPL. “Anggaran sebenarnya nomor dua, karena jika semua petani tahu bagaimana memulai budi daya pertanian hortikultura yang benar, dan PPL aktif setiap saat dampingi kami, maka anggaran sebagai modal dan alat kerja bisa kami usahakan sebisa kami dan selebihnya pemerintah membantu yang kami tidak mampu. Pemerintah juga harus bisa bermitra dengan pendamping swasta seperti Panah Merah, Roda Tani dan Nufarm yang sudah terbukti cukup membantu. Sudah banyak petani yang berhasil menjadi suskes dan berubah secara ekonominya karena pendampingan mereka. Jadi bukan modal yang utama. Pola pemberian motivasi oleh Roda Tani dan Panah Merah sangat bagus membangun motivasi kami. Dari yang punya pandangan miring bahwa bidang pertanian tidak bisa ubah masa depan keluarga, tidak bisa beri hasil banyak berubah sama sekali. Nah hal-hal seperti ini harusnya di tiru oleh pemerintah.” Tandasnya berpendapat.■■juli br