Dinas Kebudayaan Gelar Event Terakhir 2018 Pagelaran Seni “Pulau 1000 Moko:

Daerah Pariwisata Budaya

NTT, Kupangmedia.com., Kadis Kebudayaan Provinsi NTT Sinun Petrus Manuk, ditemui media ini pada Sabtu, 15/12 di Lippo Plaza saat menggelar Event Pagelaran Seni “Pulau 1000 Moko”, menyatakan bahwa event ini adalah yang terakhir pada tahun 2018 dari dinas  yang mengurus kebudayaan NTT ini. Sinun Petrus Manuk akui kegiatan Pagelaran Seni ini diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan Provinsi NTT, namun bekerja sama dengan Kementerian Koordinator Pengembangan Manusia Indonesia, yang mengirim tim berjumlah  8 orang utusan deputynya. Juga dengan Dekranasda provinsi NTT (Juli Laiskodat), SMKN 4 dengan Seni Selasih Tenun Ikat, SMKN 3 dengan seni tata kecantikan,.dengan Koreografer Jimmy Pragina.   Dan event ini digelar dalam rangka HUT NTT ke 60 tahun 2018. Dan meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap tenun ikat, seni dan budaya NTT sebagai bagian dari promosi pariwisata NTT. Sesuai dengan program Gubernur NTT yaitu “Menjadikan Pariwisata sebagai Lokomotif Perekonomian Masyarakat NTT.”

“Pagelaran seni pulau seribu moko in merupakan kegiatan terakhir Dinas Kebudayaan di tahun 2018. Karena tahun depan akan dilebur menjadi satu dengan Dinas Pendidikan. Pagelaran seni ini juga ditujukan bagi peningkatan rasa cinta akan seni, budaya dan tenu ikat NTT dalam rangka mempromosikan pariwisata NTT. Hal ini sejalan dengan program Gubernur NTT menjadikan pariwisata sebagai lokomotif perekonomian masyarakat NTT.” Jelas Sinun Petrus Manuk disela-sela kegiatan sebelum malam puncak pagelaran seni malam ini.

Pagelaran Seni malam ini, jelas Sinun Petrus dikemas dalam konsep bernuansa Alor sebagai pulau dengan seribu moko. Sebelumnya di GOR diadakan pagelaran Seni Bernuansa Timor dan mungkin tahun 2019 akan diadakan Pagelaran Bernuansa Rote, Sabu, Sumba dan lainnya. “Tapi semua tergantung pimpinan nanti. Maunya seperti apa.” Tandasnya.

Konsep pagelaran ini adalah dengan hasil akhir pelestarian terhadap Tenun Ikat, Seni dan budaya NTT agar jangan punah. Sehingga malam ini melibatkan siswa SMK. Karena kekuatiran bahwa suatu suatu saat nanti keterampilan menenun tenun ikat NTT akan punah. Sehingga malam ini dihadirkan Seni menenun  Salasih oleh siswa SMK. Pesan lain adalah ingin menjelaskan kepada im bahwa Dinas Kebudayaan tidak hanya mengurusi fosil, benda mati. Tapi juga dalam kebudayaan ada semua unsur tentang kebiasaan hidup masyarakat NTT yang menjadi sejarah cikal bakal berdirinya sebuah negara adalah bangsa yang memiliki budaya.  Bahwa budaya adalah tentang semua aspek kehidupan masyarakat yang mejadi cikal bakal berdirinya sebuah negara. Tanpa budaya maka sebuah budaya tidak akan terbentuk. Dan tugas Dinas Kebudayaanlah mengangkat ke permukaan semua aspek yang menjadi kebiasaan hidup masyarakat dalam kemasan budaya yang dapat menjadi sejarah sebuah bangsa.

“Hari ini terbukti bahwa anggapan orang tentang Dinas Kebudayaan yang hanya mengurus fosil dan tengkorak bisa terjawab dengan sendirinya. Yaitu pagelaran seni dan budaya ada di Lippo sebuah pasar modern dan disaksikan oleh ratusan mata. Dan bisa menarik dan ekslusif dan mahal karena memiliki nilai seni yang luar biasa indah dan bermakna. Padahal apa yang ditampilkan  hari ini hanyalah adat kebiasaan hidup masyarakat NTT. Seni menenun tenun ikat salasih yang sebelumnya jauh ada di kampung sana, hari ini ada disini. Di Lippo, pasar modern yang sebelumnya belum terpikirkan akan seindah dan sebagus ini. Seluruh tampilan hari ini adalah balutan tenun ikat. Walau themanya adalah Alor, tapi malam ini  pagelaran dari semua kabupaten di NTT.” Jelas Sinun.

Sinun juga menyatakan bahwa seharusnya kedepan pemerintah bisa  memberi dukungannya lewat pemberdayaan kelompok-kelompok dan  komunitas seni, berupa dana maupun program. Terhadap kelompok-kelompok seni yang konsern terhadap seni dan budaya. Sinun Petrus juga menyatakan bahwa selama satu setengah tahun masa jabatannya ini, ia sudah mengusahakan agar anggapan orang bahwa urusan kebudayaan hanya urusan Dinas Pariwisata dan lewat pagelaran ini kita ingin ubah anggapan itu bahwa semua unsur dalam masyarakat dan pemerintahan harus dan bisa mengembangkan kebudayaan sebagai bagian dari promosi pariwisata.

“Kami ingin agar kelompok PKK bisa membentuk komunitas pengembangan seni dan budaya.” Tandas Sinun berharap.

Sedangkan kontribusi anggaran  bagi pengembangan seni dan budaya NTT selama ini belum begitu besar menurutnya,  sehingga  pengembangan dan penggalian budaya sebagai komoditi pariwisata belum maksimal.

“Selama ini orang menganggap  bahwa Dinas Kebudayaan hanyalah mengurusi tengkorak dan fosil semata. Padahal bidang kebudayaan sangat luas dan dapat dikembangkan menjadi komoditi bagi promosi pariwisata provinsi NTT. Saya harap pemprov NTT bisa menganggarkan APBD bagi pengembangan kebudayaan NTT yang erat melekat dalam kehidupan masyarakat NTT. Selama ini belum mencukupi sama sekali. Karena alasan pilkada serentak 2018  dan pileg serta pilgub tahun 2019, maka anggaran terus saja dikurangi. ” Jelas Sinun menyesalkan menyesalkan.
Kedepan walau sudah di lebur menjadi satupun, Pemerintah Provinsi bisa memperhatikan dan mendukung dengan anggaran yang memadai. Karena pariwisata tanpa budaya sebagai legenda maka tidak akan menarik.

“Pariwisata akan menjadi kemasan menarik jika dibalut dengan kemasan ceritera legenda dibalik sebuah obyek wisata. Legenda itu datang dari budaya, dan budaya adalah semua aspek mengenai kehidupan masyarakat sehari-hari. Pariwisata NTT makin memiliki nilai jual jika dibaluti kemasan ceritera legenda yang datang dari budaya masyarakat NTT. Itulah yang kita jual sebagai komoditi pariwisata. Dan dengan begitu pariwisata akan jadi lokomotif perekonomian masyarakat NTT. Semua ini ada kaitan satu sama lain.” Tandas Sinun Petrus diakhir wawancara kami. **))juli  br