Bupati Paulus Limu : “Ini Janji Presiden Jokowi dan Gubernur NTT Untuk Entaskan Kemiskinan Sumba Tengah”

Birokrasi Daerah Infrastruktur Pertanian

WAIBAKUL, Top News NTT||Terkait kunjungan presiden ke Kabupaten Sumba Tengah Paulus Limu menjelaskan dalam wawancara bahwa Food Estate di Indonesia masih sangat terbatas. Sumba Tengah adalah kabupaten ketiga yang memiliki Foid Estate, dua lainnt adalah di Sumatera dan Kalimantan.

“Food Estate, dalam kaitan dengan kondisi pandemi, adalah sesuai dengan rekomendasi WHO yang menetapkan bahwa perlunya ketahanan pangan, baik di dunia maupun nasional. Maka untuk keluar dari masalah itu terkait adanya pembatasan aktifitas dalam masa pandemi ini, apalagi pariwisata tidak jalan, maka salah satu solusi lain untuk ketahanan pangan nasional adalah Food Estate. Ini adalah  ide dari bapak presiden Joko Widodo. Dan di NTT yang mendapat perhatian presiden Jokowi adalah Kabupaten Sumba Tengah.” Tandas Paulus bangga.

Presiden Jokowi saat berpayung masuki areal persawahan di Food Estate Sumba Tengah

Potensi di Sumba Tengah, ungkap Bupati Paulus,

“Kami sudah bekerja dari September 2020, setelah launching program.TJPS oleh gubernur NTT, langsung dilanjutkan dengan launching oleh Menteri Pertanian pada bulan Nopember 2020 di Sumba Tengah untuk Food Estate. Untuk Food Estate di Sumba Tengah kami punya 5 ribu H yaitu untuk jagung 2 ribu dan padi 3 ribu H.”

Kedatangan Menteri Pertanian saat ini  ke Sumba Tengah bersama Presiden, menurut Paulus sudah kali kelima.

“Maksud kunjungan presiden kali ini ke Sumba Tengah adalah untuk pastikan Food Estate dan melihat langsung kabupaten Sumba Tengah. Karena selama ini belum sempat dikunjungi oleh presiden, sekaligus juga sebagai kunjungan kerja untuk pantau langsung Food Estate.” Ujarnya.

“Bahwa dari hasil kerja kami, pemerintah kerja sama dengan Menteri Pertanian, Dinas Pertanian Provinsi NTT dan kabupaten Sumba Tengah, lahan 3 ribu H yang diperuntukkan untuk menanam padi tersebut sudah kami olah dengan baik.   Bahkan dengan pertumbuhan padi sekarang yang sudah hijau-hijau, maka kami yakin hasil panennya akan tinggi, bisa mencapai 5-6 ton per hektar. Begitu juga jagung akan kami usahakan 6-7 ton per hektar.” Jelasnya bangga.

“Kebijakan ini sangat luar biasa untuk Food Estate,”ujar Bupati Paulus lagi, “Karena selama ini kami olah lahan itu dari September-Maret setiap tahunnya. Tapi berkat kebijakan Food Estate, Kami Sumba Tengah sampai dengan Desember bisa sampai 80%. Sedangkan sisa 20% kami selesaikan pada Januari. Sedangkan Pebruari-Maret tidak ada lagi. Lazimnya jika kami selesaikan olah lahan pada Maret, konsekuensinya jika sampai pada bulan Maret, maka benihnya usianya sudah mulai 20-21 hari, dan curah hujan juga sudah mulai kurang, akhirnya gaga tanam dan gagal panen. Konsekuensinya, ketahanan pangan Sumba Tengah makin berkurang, tidak puny berdampak.pada peningkatan ekononomi masyarakat pasti menurun bagi masyarakat Sumba Tengah.”

“Tapi kebijakan presiden melalui Food Estate ini sangat luar biasa, bahwa kami diberikan bantuan berupa Alsintan yaitu  traktor roda 4 dan roda 2. Tractor Roda 4 kami dikasi 20 dan Roda 2  dikasi 80, ditambah combine, medin-mesin yang lain,  benih dan pupuk, mesin giling padi  bagi kelompok-kelompok petani dan penambahan tenaga penyuluh pertanian. Dan ini adalah kerja sama yang sangat bagus antara Kementerian Pertanian, Pemprov.NTT melalui Dinas Pertanian Provinsi dan kabupaten Sumba Tengah. Juga pengolahan lahan secara ssmpurna.” Ungkapnya mengapresiasi.

Namun kesulitan di Sumba Tengah, ungkap Bupati Paulus adalah  kekurangan Alsintan atau alat bantu pengolahan lahan pertanian seperti tracktor dan lain-lain.

“Alsintan kami hanya ada 10 tapi hanya 5 yang baik dan bisa dipergunakan, sedangkan 5 unit rusak. 5 Unit Alsintan yang baik harus dipergunakan untuk mengolah lahan seluas kurang lebih 7,6 H lebih. Tapi dengan kebijakan Kementan memberikan kami 100 unit tractor roda 4 dan 2, maka semua lahan di Sumba Tengah kami bisa olah tepat waktu dan pengolahan lahan juga sempurna.” Ungkapnya terbuka.

Dengan kesulitan  di Sumba Tengah tersebut, ungkap Bupati Paulus,

“Lantaran kami tidak punya tracktor, maka pengolahan lahan terhambat, sedangkan kalau pinjam tracktor maka biayanya mahal. Tapi dengan kebijakan Food Estate, kami hanya mengolah lahan secara cuma-cuma  dan sempurna. Benih, pupuk, pestisida, pestiaida semprot rumput semua disiapkan. Maka akan sangat berdampak, kami yakin hasil pertaniannya akan meningkat.” Akunya.

“Sekaligus dengan adanya Alsintan ini, kami tidak memilih, tapi kami membeli gadai. Misal lahan 2-3 H,  50-100 H kami beli gadai, kami tidak memandang siapapun. Semuanya kami lokus semua. Petani tidak hanya mengeluarkan biaya tanam, sedangkan biaya pengolahan lahan yang biasanya sebesar Rp.1-2 juta tidak dikeluarkan. Dan benih dan, pupuk tidak bsli, padahal biasanya petani akan mengeluarkan biaya pengolahanahan sampai Rp5 juta paling rendah. Tapi hanya Rp1 juta biaya tanam.” Ungkapnya jujur.

Mendukung program Food Estate, jelas Paulus, pemkab menambah lahan pengolahan dsngan membuka  lahan baru semak belukar sebagai lahan kebun seluas 5 H yang sudah dimulai sejak September-Desember 2020 lalu. Rencananya akan disiapka. sebagai lahan untuk tanam.jagung di musim tanam kedua usai kepulangan presiden ke Jakarta.

“Kami di Sumba Tengah selama ini hanya satu kali tanam dan panen, karena sangat bergantung dari curah hujan. Artinya kami tetap miskin. Karena itu, dengan kebijakan Food Estate ini, kami punya target dari pertanian bisa tanam dan panen dua kali setahun. Maksudnya kalau tanam jagung,  kita akan panen pertama Maret, dan lalu April kalau kita bisa tanam padi ya padi, jagung ya jagung, atau polanya kami tanam padi dan jagung sekaligus. Jika itu yang kita buat maka diharapkan ketahanan pangan di Sumba Tengah akan bisa ditingkatkan, dan tingkat ekonomi masyarakat  petani akan meningkat. Maka Food Estate tidak akan hanya kaitannya dengan merubah pola etos kerja petani, tapi juga sampai pada tataran bagaimana beras bisa menghasilkan uang, tidak hanya untuk makan, tapi sampai pada tingkat industri. Antara lain mereka siapkan alat giling padi dan hasilkan beras premium langsung siap packing.” Umgkapnya menjelaskan.

“Selain menanam padi dan jagung,” sambunga, “masyarakat petani juga diharapkan menyiapkan bibit itik kurang lebih 10 ribu. Sehingga misalnya itik 10 ribu, maka akan jadi telur asin, jangan lagi potong itiknya untuk diambil dagingnya untuk dimakan, tapi kita olah menjadi telur itik asin seperti telur asin Brebes untuk dijual, sampai pada pemasarannya.  Pola pikir industri ini yang sedang kami genjot, sehingga bisa merubah hidup ekonomi masyarakat petani. Itu falsafah hidup ekonomi presiden lewat Food Estate.”

“Tadi saat kunjungan, ” ungkapnya,

“Bapak presiden nyatakan areal persawahan dan kebunnya luar biasa. Dan karena lahan sawah di Sumba Tengah hanya merupakan lahan sawah tadah hujan sehingga tanam dan panen hanya sekali setahun , karena masalah air. Maka beliau nyatakan kata kunci untuk atasi kondisi di Sumba Tengah hanya satu : AIR. Sehingga beliau katakan perlu bangun Sumur Bor, Embung, dan Bendungan sebagai sarana irigasi. Agar petani di Sumba Timur bisa tanam dan panen 2 kali setahun. Beliau juga anjurkan pola tanam padi- jagung, jagung -padi, atau padi-kacang, itu harapannya. Beliau bahkan sudah instruksikan Kemen.PU untuk bangun sarana irgasi Embun, bendungan, dan sumur br dan kepada Kementan RI presiden segera minta  untuk menambah bantuan Alsintan (tractor sedang besar, roda dua dan emoat) mesin-mesin lain, bibit, benih, pupuk dan, pestisida.

Arah instruksi presiden adalah ke Kementan dan KemenPU, karena tahun 2021 akan ditambahkan lagi 5 ribu hektar menjadi 10 ribu hektar.

Pesan gubernur NTT,  ujar Paulus Limu
“Bahwa memang Sumba Tengah adalah kabupaten dengan  masyarakat termiskin,  sehingga gubernur berjanji  34% akan dibackup pemprov.NTT.  Dan pada musim kemarau lahan sawah harus berubah jadi lahan kebun, yaitu untuk tanam jagung dan hortikultura. Tanpa itu tidak akan perubahan di Sumba Tengah, mereka akan tetap miskin. Guberbur NTT nyatakan mereka akan menaruh perhatian penuh untuk mendukung semua yang ada kaitanya dengan program Food Estate sesuai dengan kebijakan bapak presiden. Beliau sangat merespon dan mendukung dan ide ini juga merupakan ide pak gubernur menghadirkan Menteri Pertanian dan pak gubernur sudah memenuhi janjinya.”

Setelah mengunjungi Sumba Tengan pada Selasa, 23/02, presiden mengunjungi Food Estate yaitu  areal persawahan dan areal  pemeliharaan iitik serta  Bukit Jokowi  atau Bukit JW .|| juli br