Denpasar, Topnewsntt.com., Hasil Survei Ekonomi BPS Provinsi NTT 2018 sejak Juli-Oktober 2018, merilis bahwa telah terjadi deflasi di NTT. Dan salah seorang putera TTS di Denpasar, pengusaha dibidang konstruksi dan arsitektur, serta caleg DPRD Provinsi pada Pileh 2019 dari partai Garuda dapill 8 Kabupaten TTS, Fery Kaesmetan,ST punya pendapat tersendiri terkait dampaknya bagi pelaku ekonomi.
Membaca dan mengamati berita rilis hasil survei yang dilansir media ini maupun media oline lain di NTT, kepada Kupang Media Fery ungkapkan pendapatnya dalam pandangan seorang pengusaha muda.
Lewat pesan wattsappnya, Fery, lulusan Universitas Warmadewa, Denpasar Jurusan Teknik ini berpedapat bahwa jika terjadi deflasi secara berurutan selama lebih dari dua bulan disuatu wilayah, maka dampaknya agak mengkhawatirkan bagi pelaku ekonomi atau pengusaha. ” Memang benar, dengan adanya penurunan harga pada sebagian besar kelompok pengeluaran artinya terjadi deflasi dan itu baik untuk masyarakat sebagai konsumen. Tapi sebenarnya kondisi ini mengindikasikan bahwa jumlah uang yang beredar di masyarakat berkurang.” Jelasnya dalam pesan wattsappnya pada Minggu, 4/11.
Yang terjadi karena adanya deflasi adalah bahwa jumlah orang lebih banyak menyimpan uang di Bank karena suku bunga tinggi. Tapi dari segi investasi sektor rill dan bursa menjadi menurun.
Fery berpendapat bahwa bagi masyarakat sebagai konsumen, kondisi ini memang bagus, tapi bagi pelaku ekonomi ini tidak begitu menguntungkan.
Alasannya adalah dikarenakan jumlah produksi menurun karena masyarakat menunda membeli barang dengan harapan harga akan makin turun dan ini akan menggangu perputaran ekonomi.
Karena harga yang terus menurun, maka produsen tidak lagi bergairah untuk memproduksi barang dan sebagai akibatnya kesempatan kerja berkurang.
Tetapi jika deflasi hanya terjadi di beberapa kelompok pengeluaran, dan ada juga inflasi di beberapa sektor yang lain dengan angka di bawah 1%, maka ini bisa dianggap aman.
Karenanya Fery berpendapat bahwa tugas pemerintah sebagai Pengatur keuangan adalah terus memantau dan bersiap jika deflasi ini hanya karena akibat dari naik turunnya pasar sementara atau memang ada akibat dari efek bunga bunga bank yang tinggi saat ini.
“Jika dilihat dari nilai deflasi dan inflasi yang terjadi saat ini, maka ini memang masih di dalam tingkat aman.” Tulisnya menyimpulkan lebih lanjut.
Tugas Pemerintah NTT saat ini adalah memperhatikan hal-hal apa dari harga pasar yang menjadi pemicu deflasi dan hal-hal apa dari harga pasar yang memicu inflasi.
Intinya adalah walaupun ada deflasi dan inflasi tapi tidak merugikan konsumen (masyarakat kebanyakan) dan produsen (pelaku ekonomi di sektor rill/mikro), maka itu adalah system ekonomi yang normal. “Jadi data data tersebut perlu diperhatikan untuk menentukan kebijakan ekonomi di NTT, demi kestabilan ekonomi NTT ke depan.” Demikian pendapat Fery dalam pesan wattsappnya.
Namun ada hal penting yang perlu diperhatikan bahwa deflasi memang menguntungkan masyarakat tapi tidak begitu menguntungkan bagi dunia usaha terutama dalam bidang investasi.
“Kita saat ini sangat memerlukan investor terutama dibidang industri untuk kemajuan masyarakat NTT.” Tulisnya lebih lanjut.
Berbeda halnya dengan kasus Palu yang saya pikir deflasinya bisa mencapai 2 %, campur tangan pemerintah, bahkan perlu bantuan pemerintah pusat untuk melakukan kebijaksanaan di bidang ekonomi dan moneter secara khusus sampai keadaan pasar ekonomi normal kembali.
“Jadi menurut saya Pemerintah provinsi NTT harus sangat detail dalam menganalisa data-data ekonomi ini, sehingga pasar tetap stabil, masyarakat tetap melakukan kegiatan ekonomi dan investasi tetap tertarik berinvestasi di NTT. Pemerintah Daerah punya semua instrumen untuk melakukan itu, dan saya yakin Pemerintah NTT mampu melakukan hal hal yang terbaik untuk persoalan ini.” Ujarnya menyarankan dalam pesan wattsappnya. **)juli br